Thursday 31 May 2018

PENGOPERASIAN JARING TRAMMEL NET

PENGOPERASIAN JARING TRAMMEL NET - Trammel net merupakan jenis jaring yang biasa di gunakan nelayan dalam menangkap udang dan rajungan. Di nelayan alat tangkap iuni biasa di sebut dengan istilah jaring kantong atau jaring tiga lapis.

PENGOPERASIAN JARING TRAMMEL NET

Untuk perngoperasian Trammel net Sama dengan pengoperasian Gillnet secara Umum


PENGOPERASIAN JARING KEJER PENANGKAP RAJUNGAN

PENGOPERASIAN JARING KEJER PENANGKAP RAJUNGAN - Untuk menangkap rajungan selaiun menggunakan bubu atau perangkat , nelayan juga menggunakan alat tangkap ikan berupa jaring di namakan dengan jaring kejer.

untuk pengoperasian jaring kejer terbilang mudah dan gampang dan penangkapan ikan  nya dalam satu kapal bisa terdiri dari 3 anak buah kapal atau nelayan


PENGOPERASIAN GILLNET MIILENIUM

PENGOPERASIAN GILLNET MIILENIUM - Gillnet millenium sering di gunakan oleh nelayan wilayah pantura dan perkembangannnya saat ini sangat banyak dengan muncuklnya bantuan dari kementerian kelautan dan perikanan dengan memberikan paket bantuan berupa alat tangkap gillnet millenium.

Untuk pengoperasian nya , gillnet miullenium terbilang mudah dan gampang


Sunday 11 February 2018

PENGGUNAAN MINYAK KEDELAI UNTUK UMPAN BUBU RAJUNGAN

PENGGUNAAN MINYAK KEDELAI UNTUK UMPAN BUBU RAJUNGAN - Bubu rajungan termasuk alat tangkap yang ramah lingkungan. dimana metode pengoperasian nya bubu di taruh di dasar lautan dan di beri Umpan Untuk menarik Rajungan Masuk ke dalam bubu.

Penggunaan Umpan Yang biasa di gunakan oleh nelayan diantaranya ;

Ikan Segar

Ikan Petek

Ikan Rucah

Dan ada lagi inovasi yang di kembangkan untuk menarik rajungan ke dalam bubu yaitu menggunakan Minyak kedelai sebvagai salah satuy inovasi dalam poenangkapan bubu rajungan

Tuesday 6 February 2018

KELOS PENARIK RAWAI DASAR

Alat Ini Terlah banyak di Gunakan Oleh Para pengguna Alat Tangkap Rawai Dasar. Dan Hasil Dari Penggunaan ALAT TANGKAP kELOS PENARIK RAWAI aDALAH WAKTU YANG DI PERLUKAN DI SETTING LEBIH CEPAT

BONGKAR PASANG MESIN TEMPEL


Monday 5 February 2018

Arah mata Angin Bagi Pelaut

Arah mata Angin Bagi Pelaut - Sebagai pelaut yang harus hidup di tengah samudera dengan mengandalkan keramahan cuaca maka bahtera yang di kemudikannya harus sesuai dengan jalur dalam poelayaran. Untuk mengantisipasi akan adanya kerusakan pada alat navigasi maka pelaut harus mengandalkan ilmu navigasi tradisional dengan menggunakan arah mata angin.

Arah Mata angin adalah merupakan panduan atau jalur untuk menentukan arah. dan yang biasa di gunakan dalam bernavigasi , Kompas sera pada peta.\

Ada delapan pusat mata angin yang terdiri dari

- Utara
- Timur laut
- Timur
- Tenggara
- Selatan
- Barat daya
- barat
-Barat Laut

Arah mata Angin Bagi Pelaut


 Mengenal Kompas Sebagai Penunjuk arah mata angin

Kompas dengan empat, delapan, atau 32 penjuru mata angin mempunyai kisah yang panjang. Semua bermula dari penemuan biji magnet oleh orang Cina kuno, dan pengembangan kompas di Eropa. Pada awal abad ke-16, diketahui para pelaut Nusantara telah terbiasa menggunakan kompas dan peta.

Orang Cina kuno menemukan biji magnet yang diikatkan pada seutas tali. Hasilnya, ia akan selalu menunjukkan arah utara. Pada abad ke-12, para penjelajah Eropa berhasil membuat kompas dengan menggosokkan  sebatang jarum pada biji magnet. Penemuan ini memicu perkembangan kompas, hingga seperti yang kita kenal sekarang.

Dengan ditemukannya kompas -- alat yang bisa menentukan empat arah mata angin (Barat, Timur, Utara, Selatan) -- maka pelayaran menjadi lebih terbantu. Pelaut asal Yaman, Ibnu Majid alias Sihabuddin Ahmad bin Majid bin Amr ad-Duwaik yang dikenal sebagai ‘penakluk’ Laut Merah dan Samudera Hindia pada abad ke-15, berhasil menciptakan kompas yang berbeda dari umumnya, yaitu kompas dengan 32 arah mata angin.

Ibnu Majid menulis Hawiyah al-Ikhtisar fi Usul ilm al-Bihar (Rangkuman Ilmu Kelautan) dan al-Fawaid fi Usul ilm al-Bahr wa al-Qawaid (Pedoman Dasar Ilmu Kelautan).  Di dalamnya ia menggambarkan 28 posisi bulan, posisi bintang-bintang yang dihubungkan dengan 38 titik yang terdapat dalam kompas, rute-rute perjalanan di Samudera Hindia, dan peta beberapa pelabuhan. 

Berisi pula peta hampir seluruh Arab, Madagaskar, Sumatera, Jawa, Taiwan, Srilanka, Zanzibar, Bahrain, dan Sokotra. Ia menjelaskan pula tentang musim-musim yang aman bagi pelayaran, dan peta yang amat rinci karena mencatat daerah dangkal atau berkarang.

Kisah lain, Ludovico di Vathema pada tahun 1506 dalam perjalanannya dari Pulau Kalimantan ke Jawa menyebutkan, ia melihat kompas digunakan oleh nakhoda kapal yang ditumpanginya. 

Selain kompas, kapal tersebut juga mempunyai sebuah peta yang penuh dengan garis-garis panjang dan melintang sebagai alat navigasi pelayarannya.

Selain kompas, alat navigasi lain yang kerap digunakan dalam pelayaran adalah sextant (alat yang bisa mengukur ketinggian benda-benda langit dengan akurat), 
teleskop (teropong untuk melihat jarak jauh), 
astrolabe (alat untuk mengukur jarak utara atau selatan titik koordinat kapal dari garis lintang), 
quadrant (alat yang berfungsi untuk menghitung koordinat kapal dengan mengukur jarak sudut matahari, bulan, dan bintang dari titik puncaknya), 
jam pasir yang berguna untuk mengetahui waktu posisi kapal, dan sebagainya